Soal Gangguan Keamanan di Papua, Moeldoko Pilih TNI yang Diberi Peran Dominan Ketimbang Polri

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko juga menyebut perlu ada pendefinisian ulang mengenai ancaman yang ada di Papua. Salah satunya tentang penggunaan istilah kelompok kriminal bersenjata (KKB), karena hal itu berpengaruh terhadap penanganan atau operasi yang akan dilakukan di Papua. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menganggap TNI perlu diberi peran lebih dominan dalam menangani gangguan keamanan di Papua. Menurut Moeldoko, dibandingkan dengan Polri, TNI lebih tepat untuk diberi otoritas yang lebih besar di Papua.

“Menurut saya kurang tepat kalau (peran utamanya) itu polisi, karena memang bukan domain operation-nya di situ sehingga nanti perlu otoritas yang kuat kepada TNI,” tutur Moeldoko kepada wartawan, Rabu (5/7/2023).

Selain itu, Moeldoko juga mengaku sudah menyampaikan usulannya itu dalam rapat bersama Menko Polhukam Mahfud MD dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Dalam rapat tersebut, Moeldoko menyampaikan perlunya dipikirkan kembali mengenai lembaga yang diberi peran utama menangani keamanan di Papua. “Saya juga sudah sampaikan itu harus ada perbaikan untuk operasi ke depan,” kata dia.

Lebih lanjut, Moeldoko juga menyebut perlu ada pendefinisian ulang mengenai ancaman yang ada di Papua. Salah satunya tentang penggunaan istilah kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Hal itu, kata Moeldoko, perlu dilakukan karena mempengaruhi penanganan atau operasi yang dilakukan di Papua nanti. “Karena itu akan mempengaruhi pola operasi yang digunakan. Dan dari pola operasi itu akan menentukan siapa role utamanya,” tuturnya.

BACA JUGA :  Pasca Johnny G Plate Dijadikan Tersangka, Amien Rais Dorong Surya Paloh Lakukan Pukul Balik, Jangan Diam Saja

Sementara terkait operasi penyelamatan Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, Moeldoko meminta publik menunggu. Dia menjelaskan bahwa TNI/Polri dituntut untuk berhati-hati demi keselamatan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu.

Meoldoko menuturkan, tim juga kerap mengganti taktik karena penyandera kerap bergerak ditambah medan yang terjal sehingga menyulitkan operasi penyelamatan. “Bukan berarti kami menyerah, tetapi kami butuh waktu untuk menyelesaikan itu sehingga semuanya bisa terselesaikan dengan baik,” ungkapnya. (ARH)

Latest

Soal Politik! Bamsoet Tegaskan Pentingnya Reformasi Internal Partai

RATAS – Anggota DPR RI Bambang Soesatyo sekaligus dosen tetap Program Studi Doktor Ilmu Hukum Universitas Borobudur Bambang Soesatyo (Bamsoet) menegaskan pembenahan internal partai politik...

Israel Deportasi Empat Aktivis Global Sumud Flotilla

RATAS – Israel mendeportasi empat aktivis asal Italia yang sebelumnya ditahan saat mengikuti armada bantuan menuju Gaza. Empat aktivis tersebut tergabung di 470 orang yang ditangkap ketika...

Didik Haryadi Desak Subsidi Listrik Tepat Sasaran, Jangan Dinikmati Kelompok Mampu

RATAS - Anggota Komisi XI DPR RI Didik Haryadi menegaskan bahwa subsidi energi, khususnya subsidi listrik yang disalurkan melalui PLN, harus diberikan hanya kepada masyarakat yang benar-benar...

Komisi XIII DPR Soroti Dugaan Pelanggaran HAM Berat di Konsesi PT Toba Pulp Lestari

RATAS - Anggota Komisi XIII DPR RI, Muslim Ayub, menegaskan bahwa insiden kekerasan yang terjadi pada 22 September 2025 di kawasan konsesi PT Toba Pulp Lestari (TPL), Kabupaten Toba, Sumatera Utara,...

Ketua Pusbakum Satria Advokasi Wicaksana DKI Jakarta Dukung Asta Cita Presiden Prabowo 

RATAS - Pusat Bantuan Hukum (Pusbakum) Satria Advokasi Wicaksana Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) DKI Jakarta mendukung progam Asta Cita Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto terkait swasembada...
3984931246225911134
CMS-Critic-Banner-300x600