RATAS, – Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) kembali digelar di kawasan Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Senin (14/4/2025). Namun ironisnya, tumpukan sampah yang sudah lima bulan menumpuk justru tak kunjung dibersihkan. Warga pun mempertanyakan keseriusan pemerintah kota dalam menata kawasan pasar.
“Penertiban ini jangan cuma hangat-hangat tahi ayam. Lakukan yang terbaik dong, karena masyarakat membayar retribusi, buang sampah juga tidak gratis,” kata tokoh masyarakat Yardin Zulkarnain, alias Bang Zul, kepada wartawan.
Menurutnya, volume sampah di kawasan Pasar Ciputat sudah sangat memprihatinkan. Jika diangkut sekaligus, diperkirakan membutuhkan sekitar 150 truk berkapasitas 6–7 kubik.
Bang Zul juga menyoroti kondisi pasar yang semrawut akibat maraknya PKL. “Tangsel sekarang seperti Kota PKL. Di Pasar Ciputat, saban hari jalan dipenuhi lapak. Bahkan separator jalan pun dijadikan tempat berdagang,” ujarnya.
Ia menyebut pasar tradisional milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan kini sepi pembeli dan tidak berkembang karena lemahnya penegakan Perda tentang Ketertiban Umum.
PKL Menjamur, Dugaan Kolaborasi dengan Oknum OPD Pemerintahan Kota Tangerang Selatan dan Premanisme
Bang Zul menilai maraknya PKL di Tangsel juga disebabkan oleh eksodus dari Jakarta dan sekitarnya, akibat penertiban yang ketat di wilayah DKI Jakarta.
“Uniknya, di Tangsel justru PKL seperti mendapat tempat. Bahkan mereka bisa bekerja sama dengan oknum dinas dan preman lokal,” tudingnya.
Ia menegaskan seharusnya Wali Kota dan Wakil Wali Kota bekerja sama dengan aparat kepolisian, termasuk Sat Intel dan Reskrim, untuk menertibkan para preman dan oknum dinas yang merusak citra kota.
“Kalau dibiarkan, mereka inilah yang menjadi penyebab kemacetan dan semrawutnya pasar-pasar di Tangsel,” tambahnya.
Sampah Liar dan Pasar Terbengkalai
Selain soal PKL, kondisi kebersihan juga menjadi sorotan. Tumpukan sampah liar di sekitar Pasar Ciputat, terutama di area belakang Plaza Ciputat (TPS3R Pasar Cantik), menurut warga lebih banyak berasal dari luar pasar.
“Sampah pasar sebenarnya tidak banyak, tapi TPS malah menampung sampah dari luar. Akibatnya, kondisi makin parah,” ungkap Budi (45), warga sekitar.
Ia juga mengungkap bahwa lantai 1 hingga 3 Pasar Tradisional Ciputat kini terbengkalai dan sepi pengunjung.
Penertiban Tanpa Kehadiran Pimpinan Daerah
Penertiban hari ini dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag), Satpol PP, dan Dinas Perhubungan (Dishub). Namun seperti biasa, tidak dihadiri oleh Wali Kota maupun Wakil Wali Kota, yang saat ini diketahui sedang melaksanakan ibadah umroh.
Bang Zul menilai penataan pasar di bawah kepemimpinan Benyamin–Pilar belum menunjukkan hasil signifikan.
“Banyak pasar swasta justru berkembang di sekitar Pasar Ciputat, seperti Plaza Ciputat milik PT Berthania, pasar milik Kho Acun, Pasar milik Pak Aan, dan Pasar yang di samping Koramil. Ini menunjukkan kegagalan Pemkot dalam mengelola pasar tradisional,” pungkasnya.