Sssttt..! Jepang Sedang Hadapi Krisis Populasi. Penduduk Jepang Bakal Punah? 

0
96
Jepang terus mengalami penurunan angka kelahiran. Dikhawatirkan, pada tahun 2060 nanti jumlah penduduk Jepang akan menyusut menjadi 87 juta orang saja dan 40% di antaranya berusia 65 tahun ke atas. (foto: istimewa)

RATAS – Dari tahun ke tahun Jepang mengalami penurunan jumlah penduduk hal tersebut terjadi karena berbagai faktor. Kebanyakan, pria Jepang sulit mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga banyak remaja di Jepang yang suka menyendiri dan tak ingin menikah.

Menurut laporan pemerintah Jepang di tahun 2022, sekitar 25,4% wanita berusia 30-an dan 26,5% pria dalam kelompok usia yang sama mengatakan mereka tidak ingin menikah. Di kelompok usia 20-an, 19% pria dan 14% perempuan juga mengatakan tidak memiliki rencana untuk menikah.

Data pada laporan tersebut juga menunjukkan bahwa pada tahun 2021 di Jepang hanya ada 514.000 pernikahan. Jumlah tersebut adalah angka tahunan terendah sejak akhir Perang Dunia II. Tahun 1970 masih tercatat ada 1,029 juta pernikahan.

Seperti yang dikutip dari Reuters (3/6/2022), data yang dikantongi Kementerian Kesehatan di Jepang menyebutkan bahwa tahun lalu angka kelahiran di sana hanya mencapai 811.604 orang. Sementara angka kematian naik menjadi 1.439.809 orang. Hal ini menyebabkan penurunan keseluruhan pada populasi sebanyak 628.205 orang.

BACA JUGA :  Pasca Gempa M 7,8 di Turki, Erdogan Umumkan Tanggap Darurat Gempa Selama 3 Bulan di 10 Provinsi

Selain itu, tingkat kesuburan keseluruhan, yakni jumlah rata-rata anak yang lahir dari seorang wanita seumur hidupnya, juga turun menjadi 1,3. Hal itu terjadi selama enam tahun berturut-turut.

Dari rincian data tersebut, ada yang mengkhawatirkan bahwa pada tahun 2060 nanti jumlah penduduk Jepang akan menyusut menjadi 87 juta orang saja dan 40% di antaranya berusia 65 tahun ke atas.

Menurut Aya Fujii, psikolog yang memberikan dukungan kesehatan mental untuk program bantuan yang dijalankan pemerintah di Tokyo, angka kelahiran di Jepang telah menurun sejak tahun 1970-an. Tapi, kata Aya, masalah jumlah kelahiran yang terjadi saat ini sudah sangat parah.

Aya melihat ada beberapa alasan yang terjadi pada masyarakat Jepang sekarang. Salah satunya adalah upah atau gaji para pekerja yang pada dasarnya tetap sama selama bertahun-tahun. Fenomena tersebut sangat berbeda dengan di negara lain.

“Dan itu berarti banyak anak muda melihatnya sebagai beban keuangan yang terlalu berat untuk mencoba memiliki keluarga,” kata Aya Fujii kepada Deutsche Welle (DW), seperti yang dikutip detik.com (28/6).

BACA JUGA :  Atas Putusan MK Soal Batas Usia Capres-Cawapres, PKS: KPU Harusnya Merevisi PKPU

Selain itu, Aya juga menemukan fenomena lebih banyaknya perempuan di Jepang yang memilih tetap bekerja daripada meninggalkan pekerjaan ketika berkeluarga.

Parahnya lagi, Aya menambahkan, sangat banyak remaja hingga anak muda di Jepang sekarang yang lebih menyukai membaca buku komik manga atau menyaksikan acara-acara anime ketimbang bersosialiasi.

“Mereka lebih suka itu daripada bertemu dan berbicara dengan orang-orang di kehidupan nyata. Sehingga mereka tumbuh dewasa dengan tidak berinteraksi atau mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Aya.

Dari situlah Aya menyimpulkan bahwa banyak anak muda Jepang sekarang kurang memiliki keterampilan sosial. “Hal itu pun menjadi lebih buruk karena banyak keluarga di Jepang sekarang yang hanya memiliki satu anak,” tambah Aya.

Aya yakin tren ini tidak akan berubah dalam waktu dekat, sekalipun pemerintah Jepang melakukan berbagai upaya. “Pada akhirnya, orang Jepang berusia 20-an dan 30-an yang tidak dapat berkomunikasi dengan lawan jenis akan lebih sulit menemukan pasangan, dan pola populasi yang menyusut di negara ini akan terus berlanjut,” ungkapnya. (BD)

BACA JUGA :  Presiden Jokowi Bubarkan Enam BUMN, Aset-asetnya Akan Dilelang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini