RADAR TANGSEL RATAS – Candi Borobudur kini hadir dengan wajah baru yang jauh lebih menarik. Sebagai salah satu Destinasi Wisata Super Prioritas (DSP), Borobudur siap menerima wisatawan domestik dan mancanegara.
Setelah pemerintah melakukan penataan ulang kawasan candi, wisatawan akan mendapatkan pengalaman baru sejak masuk ke kawasan candi yang terletak di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, itu tanpa harus menaiki bangunan candi. Hal itu dikatakan oleh Direktur PT Taman Wisata Candi Borobudur, Edy Setijono, di Jakarta, Jumat (29/7).
“Jadi experience (pengalaman) itu sudah bisa dinikmati (wisatawan) sejak masuk ke kawasan candi. Pemerintah sudah melakukan revitalisasi pembangunan infrastruktur, perbaikan jalan, koridor sampai ke dalam area Ccandi,” tutur Edy.
Edy menjelaskan, penataan ulang antara lain dengan melebarkan koridor jalan menuju arah candi dan menyiapkan banyak ruang terbuka (open space), sehingga pengunjung bisa melihatnya secara jelas sejak melewati pintu masuk.
“Fasilitas juga kita sediakan, termasuk semakin banyak open space di dalam. Jadi wisatawan tidak harus langsung ke lokasi candi, tapi dia bisa melihat menikmati keindahan taman yang kehijauan dan kebersihannya,” ujar Edy.
Tak hanya itu, dengan wajah baru itu, para pengunjung atau wisatawan juga bisa bereksperimen terhadap beberapa fasilitas yang ada di dalam kawasan Candi Borobudur, misalnya mengeksplorasi beberapa museum yang ada di dalamnya, mulai dari Musem Karmawibhangga hingga Museum Samudra Raksasa.
Setelah sempat ditutup cukup lama selama pandemi COVID-19, sekarang Borobudur sekarang bisa dieksplor wisatawan sebelum memasuki dan menaiki bangunan candi.
“Karena pemerintah atau kita semua ingin agar cara menikmati bangunan kemegahan Borobudur itu tidak harus dengan menyentuh bangunan itu sendiri,” tutur Edy.
Edy juga menyatakan bahwa pihaknya telah mengajukan usulan agar pemerintah memberikan izin menaiki bangunan Candi Borobudur kepada tiga pihak, yakni para pejabat atau kepala negara lain yang berkunjung untuk kepentingan diplomasi, pemuka agama untuk upacara keagamaan, dan peneliti untuk kepentingan sains.
Sementara itu Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendekbud), Restu Gunawan, mengatakan bahwa upaya yang telah dilakukan pengelola Candi Borobudur bertujuan untuk meminimalisir jumlah orang yang naik ke struktur bangunan candi.
Selain untuk konservasi bangunan Candi, upaya itu juga diharapkan bisa berpengaruh terhadap penilaian yang dilakukan oleh UNESCO, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang membidangi sektor Pendidikan dan Kebudayaan terhadap warisan budaya dunia.
“Mudah-mudahan Ketika UNESCO memberikan penilaian (terhadap Candi Borobudur), hal itu bisa memberikan nilai positif,” katanya. (BD)