RADAR TANGSEL RATAS – Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah mengajak bakal capres 2024, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo, bertarung ide ketimbang sentimen.
Seperti yang dilansir Detik.com (4/5/2023), Fahmi menyebut pertarungan ide tak akan membuat seseorang tersinggung.
“Kenapa dari kita ngomong ide? Karena ide nggak bikin kita bertengkar bos. Ide itu nggak tersinggung dia dan nggak ada orang tersinggung karena ide, yang buat tersinggung itu orang, ide nggak tersinggung. Jadi ide itu nggak terluka,” kata Fahri saat acara Adu Perspektif yang diadakan Detikcom dan Total Politik, Rabu (3/5/2023).
Fahri kemudian ditanya terkait pernyataan Anies kepada relawannya setelah PDIP mencapreskan Ganjar. Fahri mewanti-wanti agar tak terjebak pada pertarungan yang belum pada waktunya.
“Padahal pada waktunya pun, kita harus mengatakan saya mewakili ide, ‘Saya Prabowo mewakili ide’, ‘Saya Anies Baswedan mewakili ide’, ‘Saya Ganjar Pranowo mewakili ide’. Ini idenya, supaya bertarung ide, bukan sentimen orang,” papar Fahri.
Pertarungan sentimen bagi Fahri Hamzah berbahaya di Indonesia yang menurutnya masih ada unsur feodalisme. Fahri Hamzah mengungkit kisah di balik Prabowo bergabung dengan pemerintah usai Pilpres 2019.
“Bahaya loh negara kita ini negara feodal, bangsa feodal, ketersinggungan. Itu kata Prabowo, lihat pidatonya, dia bilang kan ‘Kenapa saya bergabung? Karena malam itu saya datang ke Menteng, ada anak muda umur 16 tahun yang mengatakan saya mau mati buat Bapak. Saya tidak mau Anda mau mati buat saya’,” ucap Fahri menirukan ucapan Prabowo.
“Dia melihat radikalisme seperti itu, itu lah yang melakukan dia, akhirnya dia bergabung. Karena itu pikiran dia, karena ini soal orang mau mati untuk orang, inilah bahaya kita dalam demokrasi ini,” sambungnya.
Hal yang diinginkan Fahri warga negara berani mati-matian membela ide yang digagas. Menjunjung ide dibandingkan sentimen, menurut Fahri, jadi tugas bersama, meski berat.
“Orang nggak mau mati karena gagasannya, tapi mati karena orang. Ini kita harus menyeberangkan peradaban politik Indonesia ini dari mau mati karena orang ke mau mati ke ide. Ini yang berat,” imbuhnya. (BD)