Waketum DPP PSI: Ucapan Guntur Soekarnoputra Memperlihatkan Bibit-Bibit Otoritarianisme

0
90
Wakil Ketua Umum DPP PSI, Andy Budiman, menilai pernyataan yang disampaikan oleh Guntur Soekarnoputra pada acara "Rock and Roll Day’s" di Rumah Aspirasi Ganjar-Mahfud (29/1/2024) memperlihatkan bibit-bibit otoritarianisme. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Baru-baru ini, putra sulung Soekarno yang menjabat sebagai Ketua Dewan Ideologi DPP PA GMNI, Guntur Soekarnoputra, membuat geger publik saat ia membuka acara relawan pimpinannya dalam acara bertajuk “Rock and Roll Day’s” di Rumah Aspirasi Ganjar-Mahfud di Jalan Diponegoro Nomor 72, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (29/1/2024).

Dalam kata sambutannya, Guntur menyinggung soal Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bisa “diurus” jika Ganjar Pranowo sudah jadi presiden. Kata Guntur, jika kemenangan Ganjar sudah tercapai, maka urusan lainnya akan mudah, termasuk mengurus Presiden Jokowi.

“Kalau itu sudah tercapai, kekuasaan dan hak prerogatif ada di Ganjar Pranowo dan Mahfud Md, baru yang lain mau kita apa-apain itu gampang, termasuk Jokowi itu mau kita apain nantilah,” papar Guntur, seperti yang dilihat dalam YouTube Rumah Aspirasi Relawan Ganjar Pranowo.

Pernyataan yang disampaikan Guntur tersebut mendapat kritikan dari Wakil Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Andy Budiman. Menurut Andy, pernyataan Guntur itu memperlihatkan bibit-bibit otoritarianisme.

BACA JUGA :  Paus Fransiskus Tiba di Kedubes Vatikan, Dikawal Penjagaan Ketat

“Indonesia adalah negara hukum atau rechtstaat bukan negara kekuasaan machtstaat di mana negara dijalankan berdasar kehendak individu atau orang-orang yang berada di lingkaran kekuasaan,” tutur Andy dalam keterangannya, Selasa (30/1/2024).

Lebih lanjut, Andy mengingatkan bahwa semangat reformasi adalah pembatasan kekuasaan. “Jangan menyampaikan pernyataan provokatif yang tidak mendidik,” katanya.

Andy juga mengutip ungkapan terkenal Raja Louis XIV dari Prancis yang menggambarkan kekuasaanya yang absolut. “Jangan mengajak orang kembali ke pola pikir otoritarianisme, di mana L’État, c’est moi atau negara adalah saya,” ujarnya. (ARH)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini