RADAR TANGSEL RATAS – Presiden China Xi Jinping mengunjungi wilayah Xinjiang untuk pertama kalinya dalam 8 tahun terakhir. Kunjungan tersebut menjadi sorotan karena wilayah Xinjiang pernah dikaitkan dengan genosida terhadap muslim Uighur. Hal itu sempat memberi tekanan terhadap Xi Jinping.
Dalam kunjungannya, Presiden Xi mengunjungi Universitas Xinjiang, area Pelabuhan Darat Internasional Urumqi, komunitas Guyuanxiang di Distrik Tianshan, dan Museum Daerah Otonomi Uighur Xinjiang sejak Selasa sore hingga Rabu pagi.
Pada kesempatan itu, Presiden Xi mengomentari perkembangan agama Islam di daerah Otonomi Xinjiang yang mayoritas penduduknya berlatar belakang etnis minoritas Muslim Uighur.
“Kami menjunjung tinggi prinsip perkembangan Islam dalam konteks dan memberikan bimbingan secara aktif untuk mengadaptasikan agama dengan masyarakat sosialis,” kata pemimpin tertinggi Partai Komunis China (CPC) itu sebagaimana rilis yang dikirimkan Kementerian Luar Negeri China (MFA), Minggu malam (17/7).
Xi lalu menginstruksikan adanya peningkatan kemampuan dalam mengatur urusan agama guna memastikan perkembangan di bidang keagamaan berjalan dengan stabil.
“Kami harus bisa melatih tim dari partai dan pejabat pemerintah yang ahli Marxisme tapi bisa memahami persoalan agama, akrab dengan urusan agama, dan berkompeten dalam keterlibatan dan pembinaan tokoh agama sehingga dapat diandalkan secara politis dan berakhlak mulia,” tuturnya.
Ia juga mengatakan bahwa pemerintahannya harus bisa memastikan terpenuhinya tuntutan para penganut agama serta menggalang mereka untuk bisa masuk ke dalam naungan partai dan pemerintahan.
Dengan begitu, kata dia, figur tersebut dapat berperan aktif saat-saat kritis, mampu membina para peneliti agama yang memiliki prestasi akademik, berpandangan Marxisme terhadap isu-isu keagamaan, dan mampu berinovasi.
Beberapa waktu belakangan, dunia internasional menyoroti Xinjiang terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan oleh Beijing terhadap Uighur.
Namun Beijing membantah dugaan pelanggaran HAM tersebut dengan dalih bahwa apa yang dilakukan pada saat itu adalah deradikalisasi dan de-ekstremisasi bernuansa agama. Sebab, Xinjiang memiliki catatan berbagai peristiwa terorisme dan separatisme.
“Semua kelompok etnis di Xinjiang tidak bisa dipisahkan dari anggota keluarga bangsa China,” tutur Xi.
Seorang analis politik yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan Wakil Ketua Komite Eksekutif Kongres Uighur Dunia, Ilshat Hassan Kokbore, mengatakan kepada RFA bahwa kunjungan Xi dimaksudkan untuk mengirim pesan bahwa dia tidak peduli terhadap kekhawatiran komunitas internasional mengenai tuduhan adanya genosida terhadap Uighur.
Kokbore yakin, kunjungan Xi dimaksudkan untuk memperkuat otoritasnya kepada rakyat Xinjiang dan untuk menunjukkan solidaritas pejabat Tiongkok di wilayah tersebut. Xi bersama penduduk setempat menyusuri jalan-jalan kota, mendapatkan tepuk tangan selama inspeksi, dan menikmati pertunjukan tarian. (BD)