RADAR TANGSEL RATAS -Usai merger, kinerja PT. Pelabuhan Indonesia/Pelindo (Persero) dinilai pengamat menjadi semakin baik, mangkus, sangkil dan signifikan. Dampak positif peleburan itu sangat dirasakan saat ini.
Adalah pengamat transportasi laut, Leny Maryouri, Ph. D. yang mengatakan hal tersebut. Ucap Leny, sejak dilebur menjadi satu oleh Kementerian BUMN atas perintah Presiden Jokowi, kinerja jajaran Pelindo semakin baik.
Selain baik, kata dia, juga semakin mangkus/efektif (berhasil guna) dan sangkil/efisien (berdaya guna) serta dampaknya sangat signifikan.
Ketua Forum Laut Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu menilai, keputusan yang diambil oleh pemerintah sudah sangat tepat untuk Pelindo.
“Keputusan merger di Pelindo yang dilakukan pemerintah diharapkan akan membawa dampak yang positif,” ujar Leny saat wawancara eksklusif dengan awak redaksi Kantor Berita RADAR TANGSEL ratas.id, di Jakarta, Senin (19/9/2022).
Mengapa demikian? Sebab, jelas Leny, di sana, ada nilai aset gabungan yang semakin besar.
“Sehingga, mempermudah untuk mendapatkan dukungan pendanaan dan efisiensi dari managemen pengambil keputusan,” cetusnya.
Lalu, sambung Leny, dengan merger itu terjadi integrasi sistem dan platform layanan, standardisasi serta digitalisasi proses bisnis. “Juga terjadi penurunan biaya logistik dan ada penambahan tenaga kerja,” Leny berkata.
Selain itu, ia menerangkan, peleburan PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) menjadi satu yang dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2021 itu membuat kinerja pelabuhan berplat merah tersebut semakin membaik dari tahun-tahun sebelumnya. “Secara layanan terjadi pengurangan waktu tunggu (port stay) 4 hingga 6 jam lebih singkat,” imbuhnya.
Dan, cetusnya, terjadi penambahan kapasitas layanan di beberapa pelabuhan hampir dua kali lipat. “Contoh pelabuhan yang dapat mempersingkat waktu layanan dan mampu meningkatkan kapasitas angkut adalah Pelabuhan Peti Kemas Belawan. Di pelabuhan ini, rata-rata bongkar muatnya sebelum merger hanya bisa 20 BSH. Dan, sekarang, menjadi 45 BSH dengan waktu sandar sebelumnya 2 hari kini menjadi 1 hari saja,” sebutnya.
Kemudian, Leny menandaskan, Pelabuhan Ambon juga seperti itu. “Sebelum merger, bongkar muatnya hanya 12 BSH (boks per kapal per jam). Dan, kini, menjadi 35 BSH dengan waktu sandar (port stay) sebelumnya 3 hari sekarang menjadi 1 hari,” ia berucap.
Begitu pun, Pelabuhan Makassar, Leny menyatakan. “Rata-rata, bongkar muat sebelum Pelindo merger itu 22 BSH. Sekarang, naik menjadi 42 BSH dengan waktu sandar sebelumnya 2 hari menjadi 1 hari,” urainya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa selain kinerja Pelindo semakin membaik, dari sisi pendapatan pun meningkat. “Jumlah pendapatan yang peroleh BUMN pelabuhan ini juga meningkat secara signifikan,” tukasnya.
Leny menegaskan, dampak positif merger Pelindo lainnya adalah adanya percepatan waktu bongkar muat. “Percepatan waktu bongkar muat di beberapa pelabuhan itu menyebabkan bisnis menjadi lebih mangkus (efektif) dan semakin sangkil (efisien). Dan, dampak positif ini dirasakan sangat signifikan oleh Pelindo setelah mereka merger 1 tahun ini.
Setelah Merger, Laba Meningkat
Dampak positif merger Pelindo ini, terang Leny, adalah terjadinya peningkatan laba. “Terdapat penambahan laba sekitar Rp 1 triliun (dampak dari merger),” ia menjelaskan.
Ditandaskan Leny, kontribusi pendapatan ke negara pun naik. “Sekitar Rp 4 triliun ke pajak dan deviden untuk negara,” bebernya.
Soal laba, Leny menyatakan, dengan aset Rp 112 triliun yang tersebar di seluruh Indonesia, diharapkan, ke depan, Pelindo dapat menyumbangkan Rp 8 triliun per tahun. “Saya berharap, bisa memperoleh laba bersih Rp 8 triliun per tahunnya dari laba yang sekarang sudah didapatkan yaitu sekitar Rp 1 triliun laba bersih,” harap Leny.
Ke Depan, Kinerja Pelindo harus Dioptimalkan
Meski saat ini sudah semakin baik dan dampak positifnya signifikan, sebagai pengamat transportasi laut, Leny menyarankan, Pelindo jangan berpuas diri sampai di sini. Ia berharap, ke depan, kinerja PT Pelindo Regional I, Regional II, Regional III, dan Regional IV yang kini telah menyatu ke dalam PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dapat semakin dioptimalkan dan ditingkatkan lagi.
“Menurut saya, efek positif setelah merger sudah ada. Tapi, masih belum optimal. Saran saya, perbaikan tetap harus dilanjutkan,” sarannya.
Selanjutnya, Leny menambahkan, pembangunan pelabuhan baru juga harus terintegrasi dengan kawasan industri atau daerah pengolahan dan penghasil komoditi (pertanian, perkebunan, tambang dan lain-lain). “Yang tentu harus terintegrasi intermodanya,” kata dia.
Dalam artian, sambung Leny, yang akan mendistribusikan, mengumpulkan komoditi dari dan masuk pelabuhan. “Juga, dari daratan, terutamanya untuk Pelabuhan Patimban, misalnya, yang semenitnya itu bisa melayani belasan bahkan puluhan kawasan industri di Karawang dan sekitarnya,” Leny berucap.
Dia menyebut juga Pelabuhan Kijing yang baru selesai dan sudah menghabiskan anggaran APBN triliunan rupiah yang masih belum jelas akan terintergrasi dengan industri apa. “Dan juga perencanaan Pelabuhan Kuala Tanjung harus terintegrasi angkutan antarmodanya dengan Kawasan Industri Sie Mangki dan sekitarnya. Termasuk juga perencanaan Pelabuhan Tanjung Carat yang masih belum jelas perkembangan dan integrasinya,” ia memberi saran.
Sebagai penutup, Leny pun mengatakan, saat ini, Pelindo termasuk 10 besar pelabuhan dunia yang mampu melayani sekitar 16,5 juta TUEs per tahun. “Ini sudah baik. Tapi, kapasitasnya masih bisa dinaikkan lagi 3 hingga 5 kali lipat kalau ingin mengoptimalkan potensi pergerakan logistik di Indonesia. Karena, Indonesia termasuk market yang sangat besar dan juga mempunyai sumberdaya alam yang juga sangat besar, serta potensi agrobisnis (usaha niaga tani) dan aquacultures (budi daya perairan) serta maritime production (produk maritim/kelautan) yang sangat besar,” pungkasnya. (SAN)