RADAR TANGSEL RATAS – Menteri BUMN Erick Thohir kembali menegaskan rencananya untuk terus mengurangi jumlah anak-cucu usaha BUMN. Tujuannya adalah untuk melakukan efisiensi dan efektivitas kinerja dari para perusahaan pelat merah.
Menurut Erick, banyaknya jumlah anak-cucu BUMN kerap mengganggu usaha inti. Selain mengambil langkah pembubaran, Erick juga melirik opsi penggabungan jenis usaha yang serupa.
“Yang jumlahnya banyak sekali harus dikurangi, karena kenapa, kriteria daripada jumlah anak cucu yang memang hari ini sangat banyak. Permennya pun saya sudah keluarkan. Tidak boleh bikin anak cucu tanpa persetujuan kita,” tutur Erick dalam Raker dengan Komisi VI DPR RI, dikutip dari Liputan6.com (6/12/2022).
“Bukan berarti kita arogansi atau tidak percaya dengan BUMN-nya, tapi kalau terus beranak dan anak cucunya akhirnya menggerogoti holding yang sudah sehat, ya akhirnya itu sama aja bohong,” sambung Erick.
Ia menjelaskan, setidaknya sudah ada 173 anak usaha BUMN yang dipangkas. Terkait jumlah, melalui akun Instagram pribadinya, Erick menyebut ingin memangkas hingga 600 anak-cucu BUMN. Tapi prosesnya dilakukan secara bertahap.
Erick menyebut, penutupan anak usaha BUMN hanya akan dilakukan jika anak usaha tersebut sebagai perusahaan cangkang atau shell company. Sebab, keberadaan shell company itu, kata Erick, terkiat pada aturan-aturan di kementerian lain dalam menggarap suatu proyek.
“Kan itu sebenarnya tidak perlu, dan itu yang akhirnya ngapain terlalu banyak shell company yang sebenarnya bisnisnya sama. Nah itu seharusnya bisa dimergerkan,” papar Erick.
Langkah lainnya yang juga akan dilakukan Erick adalah menutup perusahaan yang sudah tidak beroperasi sejak lama. Apalagi ia melihat ada beberapa daftar perusahaan yang masih dalam proses untuk pembubaran.
Erick menyoroti lambatnya proses pembubaran perusahaan. Menurutnya, diperlukan adanya satu undang-undang khusus yang membahas mekanisme tersebut.
“Karena itu kenapa RUU BUMN juga kita dorong, tidak lain supaya bisa me-merger atau menutup dengan cepat. Tadi sudah disampaikan dengan proses panjang, menutup sebuah perusahaan itu tahunan. Untuk menutup saja di lingkungan pemerintah itu perlu proses satu tahun. Karena itu, di RUU BUMN yang sedang didorong oleh Komisi VI salah satunya bisa lebih cepat,” tutur Erick.
Erick menyatakan bahwa di era digital ini, yang namanya menutup perusahaan tinggal dipencet kok. Mengurus ijin di beberapa negara juga cuma seminggu. Ini masa sih kita menutup sebuah perusahaan yang sudah tidak beroperasi tidak bisa gitu,” pungkas Erick Thohir.
Kalau dijumlahkan, satu tahun belakangan ini Erick telah memangkas 74 anak dan cucu usaha perusahaan pelat merah. Seluruhnya adalah turunan dari PT Pertamina (Persero), PT Perkebunan Nusantara (Persero) atau PTPN, dan PT Telkom Indonesia.
Selain itu, Erick Thohir juga melakukan sejumlah penggabungan BUMN. PT Perikanan Nusantara (Persero) degan Perum Perikanan Indonesia. Lalu, BGR Logistics dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero). Selanjutnya adalah Energy Management Indonesia yang dimasukkan ke PT PLN (Persero).
Erick yakin, langkahnya itu mampu menciptakan holding-holding BUMN yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar.
Bahkan Erick pernah mengatakan banyak shell-shell company yang tidak efisien dan tidak efektif. “Kadang-kadang begini, holding-nya sehat tapi dibuatlah anak cucu yang menyedot keuntungan holding-nya. Nah ini yang harus kita bongkar, stop, dan kurangi,” katanya kepada wartawan di gedung Kementerian BUMN, beberapa waktu lalu, dikutip dari Liputan 6.com (5/15/2022).
Erick merinci jumlah yang dipangkas merupakan tiga perusahaan besar. Di antaranya adalah 26 perusahaan dari Pertamina, 24 perusahaan dari PTPN Group, serta 13 perusahaan dari Telkom.
Erick juga menegaskan, bahwa inefisiensi dalam perusahaan BUMN tak boleh terjadi. Sebab, sebagai lokomotif keuangan ekonomi, BUMN harus kuat dan sehat.
Selain membubarkan 74 perusahaan tadi, Erick juga melakukan penggabungan di sejumlah perusahaan negara. Ia menilai perusahaan dengan tujuan yang sama lebih baik digabungkan.
Sebagai contoh, pada perusahaan di sektor perikanan, PT Perikanan Nusantara (Persero) digabung dengan Perum Perikanan Indonesia. Lalu, BGR Logistics digabung dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero). Selanjutnya, Energy Management Indonesia dimasukkan ke PT PLN (Persero) dalam rangka pengembangan Energi Baru Terbarukan.
“Nah oke kalau tugasnya konteks jadi refocusing oke, tapi jangan ini overlapping kerjaan satu dan lainnya dan akhirnya selalu menjadi dispute. Kalau sekarang Energy Management Indonesia fokus kepada audit daripada energi terbarukan yang ada di PLN, nah cocok gitu kan. Hal-hal ini kita terus coba sinergikan, kita lakukan,” terangnya.
Sementara, perubahan bisnis model yang dilakukan dalam rangka efisiensi adalah dengan refocusing BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi (tel-co). Saat ini, Telkom memfokuskan model bisnis dalam bentuk B To B, sedangkan Telkomsel dalam bentuk B to C.
“Terbukti, sekarang valuasi Telkom, market cap-nya terus naik 6 bulan terakhir menjadi Rp 411 triliun, ini sejarah buat Telkom,” ungkap Erick. (BD)