RADAR TANGSEL RATAS – Setelah gagal mendapatkan suntikan modal dari Penyertaan Modal Negara (PMN), kondisi keuangan PT Waskita Karya Tbk (WIKA) bak di ujung tanduk. Keadaan tak menguntungkan tersebut memaksa Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melego sejumlah ruas jalan tol yang dimiliki PT Waskita.
Berdasarkan kabar yang berembus, PT Waskita akan menjual proyek Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau roas tol Bocimi kepada BUMN lain, yaitu PT Hutama Karya (Persero).
Menteri BUMN Erick Thohir membeberkan tujuan penjualan proyek tol tersebut sebagai bagian dari upaya PT Waskita menutup utangnya.
Sebagai informasi, anggaran atas pembangunan Tol Bocimi bersumber dari Penyertaan Modal Negara (PMN) Tahun Anggaran 2022. Tapi, pencairan dana tersebut ditunda oleh Kementerian Keuangan, memberi waktu kepada PT Waskita untuk menjalani restrukturisasi utang. Sebab, pembangunan infrastruktur tersebut menjadi penyebab beban utang PT Waskita bertambah berat.
PT Waskita memang membukukan liabilitas, termasuk utang senilai Rp 84,37 triliun per 31 Maret 2023. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari posisi 31 Desember 2022 yang berada di angka Rp 83,98 triliun.
“Waktu itu saya sudah bilang, salah satu konsolidasi Karya itu, kan sudah sejak awal, kita punya roadmap-nya bersama Boston Consulting Group,” ungkap Erick kepada wartawan di gedung Kementerian BUMN Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Menurut Erick, perpindahan pengerjaan tol Bocimi dari PT Waskita kepada PT Hutama merupakan bagian dari upaya konsolidasi dua BUMN tersebut. Kementerian BUMN memastikan penundaan pencairan PMN tidak akan berdampak buruk bagi pengerjaan proyek infrastruktur yang sedang ditangani saat ini.
Adapun suntikan APBN Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp 3 triliun dialokasikan untuk pengerjaan Jalan Tol Kayu Agung – Palembang Betung senilai Rp 2 triliun, dan tol Ciawi – Sukabumi sebesar Rp 1 triliun.
Akhirnya, pihak konsultan pun mematangkan rencana konsolidasi BUMN Karya, pemerintah mengantongi dua opsi, yakni penggabungan (merger) dan sistem kepemilikan.
Hasilnya menurut Erick, BUMN Karya yang menjadi “pasien” Holding Danareksa dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) akan di-merger-kan. Sementara perseroan di luar PPA dikonsolidasikan melalui skema sistem kepemilikan.
Erick juga sempat mencontohkan penggabungan antara PT Pembangunan Perumahan (PTPP) dan PT Wijaya Karya, lalu PT Hutama Karya (Persero) dan PT Waskita Karya. Harapannya, konsolidasi BUMN karya di sektor infrastruktur tidak menghambat pelaksanaan proyek pembangunan nasional.
Erick menyebut, sejumlah ruas tol lainnya masih dalam proses penjajakan. Ia meyakini para investor tetap berminat pada divestasi yang ditawarkan oleh PT Waskita. Pasalnya, makro ekonomi di dalam negeri terus menunjukkan pertumbuhan yang positif.
“Kita lihat juga partner-partner yang percaya dengan ekonomi di Indonesia yang terus tumbuh,” tuturnya. (BD)