Jumlah Kasus ISPA di DKI Jakarta Meningkat, Dinkes DKI Ungkap Faktor Penyebabnya

0
149
Penyebab terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bukan hanya akibat faktor lingkungan seperti polusi, tapi juga masih ada faktor lainnya yang bisa memicu seseorang terkena ISPA. Misalnya dari kondisi daya tahan tubuh menurun dan lainnya. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernapasan atas, yakni hidung dan tenggorokan, akibat virus dan bakteri yang masuk ke tubuh. Virus dan bakteri tersebut biasanya masuk melalui hidung dan mulut.

ISPA bisa menular dari satu orang ke orang lain, melalui sentuhan, bersin, atau batuk. Orang yang mengalami ISPA akan merasakan beberapa gejala, seperti hidung tersumbat, batuk, sakit kepala, dan demam.

Dinas Kesehatan DKI Kabid Pencegahan Penyakit, Dwi Octavia, mengatakan bahwa angka kasus ISPA di DKI Jakarta meningkat dibandingkan dengan tahun 2022. Meski demikian, kata dia, peningkatan ini tak serta-merta hanya terjadi pada tahun 2023, tetapi juga sempat terjadi pada era sebelum COVID-19.

“Tahun 2020, 2021, penyakit memang mungkin mayoritas mengalami COVID-19, dibandingkan saluran napas akut, dan 2022, mulai sedikit meningkat, 2023 meningkat dan kembali polanya seperti yang kita temukan di era 2018, 2019,” ungkap Octavia kepada wartawan di Jakarta Timur, Jumat (11/8/2023).

Octavia menuturkan, penyebab ISPA bukan hanya dari faktor lingkungan seperti polusi, tapi juga masih ada faktor lainnya yang bisa memicu seseorang terkena ISPA. Misalnya dari kondisi daya tahan tubuh menurun dan lainnya.

BACA JUGA :  Stasiun Tanah Abang Bakal Direnovasi dan Diperluas, Nilai Investasinya Rp 380,93 Miliar

“Jadi untuk kesehatan, kita perlu mengelola faktor risiko lain di luar faktor lingkungan yang diduga akibat polusi. Dalam bentuk perilaku kecil maupun sampai dewasa, termasuk mengurangi faktor risiko untuk penyakit tidak menular,” ujar Octavia.

Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinkes DKI dr Ngabila Salama merilis data kasus ISPA lima pada bulan terakhir sepanjang tahun 2023. Rinciannya:
Januari: 102.609 kasus
Februari: 104.638 kasus
Maret: 119.734 kasus
April: 109.705 kasus
Mei: 99.130 kasus
Juni: 102.475 kasus

Berdasarkan data tersebut, kasus ISPA terpantau konsisten di angka 100 ribu kasus setiap bulan, paling banyak dilaporkan pada April 2023 dengan total 109.705 orang terinfeksi. Sementara pada bulan Mei, angkanya relatif sedikit menurun di angka 99 ribu.

“Tidak ada kenaikan yang bermakna dan trend masih tetap. Tidak ada kenaikan kasus ispa yang bermakna sejak bulan April 2023 sd Juli 2023,” tutur dr Ngabila. (ARH)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini