RADAR TANGSEL RATAS – Jumlah perokok aktif di Indonesia mengalami penambahan 8,8 juta orang dalam 10 tahun terakhir. Hal ini berkebalikan dengan negara-negara lain yang justru mengalami pengurangan jumlah perokok.
Ketua Umum Komite Nasional Pengendalian Tembakau, Hasbullah Thabrany, menjelaskan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang mengonsumsi rokok terus bertambah.
“Padahal dengan berbagai kebijakan yang ada, jumlahnya seharusnya turun,” kata Hasbullah, saat audiensi komisi IX DPR RI dengan Pengurus Komite Nasional Pengendalian Tembakau, Jakarta, Senin (22/8).
Dalam bukti ilmiah dijelaskan bahwa rokok merupakan candu dan perusak kesehatan yang tidak terbantahkan di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensinya merupakan yang tertinggi di dunia, yakni dengan perokok laki-laki dewasa sebanyak 70,5 persen.
“Negara-negara maju tidak ada yang tinggi. Di Myanmar 70,2 persen dan Tuvalu 68 persen. Ini menjadi tantangan besar untuk kita,” ungkap Hasbullah.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), rokok masih menjadi komoditas penyumbang terbesar kedua dalam perhitungan garis kemiskinan setelah beras. Lebih menyedihkannya lagi, jumlah perokok anak naik dari 7,2 persen pada tahun 2013 menjadi 9,1 persen pada tahun 2018.
Hasbullah menjelaskan, berdasarkan survei di tahun 2019, terlihat bahwa pada anak-anak usia 13 hingga 25 tahun, hampir 40 persen dari mereka pernah merokok saat SMP. Dan yang masih aktif merokok hingga saat ini mencapai 18,8 persen.
“ini sangat menyedihkan. Mereka yang akan menjadi pemimpin di tahun 2045 nanti, yang harusnya bisa bersaing, tapi kalau kecanduan merokok akan semakin berat,” papar Hasbullah.
Ia melanjutkan, kemudian bila melihat data dari Riskesdas di tahun 2013 dan 2018, peningkatan penyakit tidak menular akibat rokok adalah hipertensi sekitar 25,8 persen hingga 34,1 persen, kanker 1,4 persen hingga 1,8 persen, stroke 7 persen hingga 10,9 persen, dan DM 6,9 persen sampai 8,5 persen.
“Ini bagian yang kita lihat, dan kalau kita tidak berbuat sesuatu maka akan memperburuk kondisi kita. Tidak lupa, stunting juga menjadi akibat dari orang tua yang merokok” tuturnya.
Oleh karena itu, Hasbullah berharap pemerintah dan DPR terus memantau efektivitas kendali konsumsi rokok melalui iklan hidup sehat, perilaku hidup sehat, dan mendesak pemerintah menggunakan instrumen harga rokok dengan terus menaikkan cukai minimal 3 kali inflasi per tahun.
“Pemerintah harus melakukan simplifikasi golongan cukai, meningkatkan cukai rokok yang digunakan sebagai substiusi bagi petani tembakau dan cengkeh, serta mendidik alih profesi pekerja rokok,” ujar Hasbullah. (BD)
Wow, incredible blog structure! How long have you been blogging for?
you made blogging glance easy. The whole look of your site is great, as well as the content material!
You can see similar here ecommerce