RADAR TANGSEL RATAS – Dalam sebuah wawancara dengan PBS NewsHour
di hari Minggu (18/9) yang membahas tentang perang di Ukraina, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin bersedia mengakhiri perang sesegera mungkin. Kabar tersebut dirilis di laman VOA Indonesia, Kamis (22/9).
Erdogan juga menyatakan bakal membahas sejumlah isu terkini sebelum menghadiri sidang Majelis Umum PBB yang ke-77 di New York, Amerika Serikat.
“Di Uzbekistan saya bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dan kami mendiskusikan banyak hal dengannya, dan ia benar-benar menunjukkan kepada saya bahwa ia bersedia mengakhiri perang ini sesegera mungkin. Itu kesan yang saya dapat, karena keadaan saat ini cukup bermasalah,” tutur Erdogan.
Menurut Erdogan, tidak ada invasi yang dapat dibenarkan dan segala bentuk tindakan invasi tidak bisa dibenarkan. Ia juga mengaku telah meminta Putin mengembalikan wilayah yang dikuasainya kepada pemilik yang sah.
“Ketika kita berbicara tentang kesepakatan resiprokal, inilah yang kami maksud. Apabila perdamaian akan dibangun di Ukraina, tentu saja pengembalian wilayah yang diinvasi akan menjadi sangat penting. Inilah yang diharapkan. Inilah yang diinginkan. Putin telah mengambil langkah-langkah tertentu. Kami sudah mengambil langkah-langkah tertentu. Tanah yang diinvasi akan dikembalikan ke Ukraina,” kata Erdogan.
Putin, pada Rabu lalu (7/9), menyatakan bahwa negaranya sama sekali tidak merugi atas operasi militernya di Ukraina dan tindakannya itu telah memperkuat kedaulatan Rusia.
Berbicara pada sebuah forum ekonomi, Putin mengatakan semua tindakan Rusia diarahkan untuk membantu rakyat Donbas. “Ini pada akhirnya akan mengarah pada penguatan negara kami dari dalam dan untuk kebijakan luar negerinya,” kata Putin, dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (8/9).
Seperti yang sudah diketahui, Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Februari 2022. Dan setelah meninggalkan gerak majunya ke ibu kota Ukraina, Kyiv, Rusia kemudian memfokuskan upaya militernya di kawasan Donbas, Ukraina Timur, di mana mereka yang pro-Rusia telah bertempur melawan pasukan Ukraina sejak tahun 2014.
Putin juga mengkritik kesepakatan yang diperantarai PBB dan Turki yang memulai kembali pengiriman biji-bijian ke Ukraina di tengah-tengah krisis pangan global. Ia mengatakan ekspor itu tidak akan sampai ke negara-negara termiskin di dunia.
Pusat Koordinasi Gabungan yang mengawasi penerapan kesepakatan itu mengatakan bahwa hingga Selasa (20/9), lebih dari 2,2 metrik ton biji-bijian dan bahan pangan lainnya telah meninggalkan pelabuhan-pelabuhan Ukraina di dalam sekitar 100 kapal. Tujuan kapal-kapal itu mencakup Italia, Turki, Iran, China, Romania, Djibouti, Jerman dan Lebanon.
Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan kepada Reuters bahwa komentar Rusia mengenai kesepakatan itu “tidak terduga” dan “tidak berdasar.”
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris pada Rabu pagi (21/9) mengatakan bahwa dalam periode 24 jam sebelumnya telah terjadi pertempuran hebat di Donbas, di dekat Kharkiv di Ukraina Utara dan di Kherson Oblast di Ukraina Selatan.
“Beberapa ancaman serentak yang menyebar sejauh 500 km akan menguji kemampuan Rusia untuk mengoordinasikan desain operasional dan merealokasikan sumber daya ke berbagai kelompok kekuatan,” kata juru bicara di kementerian tersebut. (BD)