RADAR TANGSEL RATAS – Menurut sebuah studi baru, kota-kota pesisir yang luas di Asia Selatan dan Tenggara diprediksi akan tenggelam lebih cepat daripada tempat-tempat lain di dunia. Hal itu berimbas pada puluhan juta orang lebih yang rentan terhadap kenaikan permukaan laut.
Bahkan menurut penelitian Nanyang Technological University (NTU) Singapura, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability, pekan lalu, urbanisasi yang cepat telah membuat kota-kota pesisir di Asia Selatan dan Tenggara sangat membutuhkan air tanah untuk melayani populasi mereka yang berkembang.
“Ini menempatkan kota-kota yang mengalami penurunan tanah lokal yang cepat pada risiko bahaya pantai yang lebih besar daripada yang sudah ada, karena kenaikan permukaan laut yang didorong oleh iklim,” isi kesimpulan dari penelitian tersebut, dikutip dari Japan Today, Sabtu (1/9).
Pusat kota terpadat dan pusat bisnis utama Vietnam, Kota Ho Chi Minh, diperkirakan tenggelam rata-rata 16,2 milimeter per tahun. Angka tersebut melampaui survei studi data satelit dari 48 kota pesisir besar di seluruh dunia.
Pelabuhan Chittagong di Bangladesh selatan berada di urutan kedua dalam daftar. Sementara Kota Ahmedabad di India barat, Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, dan Yangon sebagai pusat komersial Myanmar juga tenggelam lebih dari 20 milimeter pada tahun-tahun puncak.
“Banyak dari kota-kota pesisir yang tenggelam cepat ini adalah kota-kota besar yang berkembang pesat, di mana tuntutan tinggi untuk ekstraksi air tanah dan pemuatan dari struktur bangunan yang dibangun dengan padat, berkontribusi terhadap penurunan tanah lokal,” isi dari hasil penelitian tersebut.
Menurut para peneliti, kota-kota yang tenggelam tak serta merta terjadi akibat perubahan iklim. Mereka mengatakan bahwa perilaku sehari-hari akan memberikan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana fenomena tersebut akan memperparah efek dari kenaikan permukaan laut rata-rata yang didorong oleh iklim.
Lalu, berdasarkan data yang dimiliki U.N. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), lebih dari satu miliar orang akan tinggal di kota-kota pesisir yang berisiko terkena dampak naiknya permukaan laut pada 2050 nanti.
IPCC juga menyebut permukaan laut global bisa naik hingga 60 sentimeter pada akhir abad ini bahkan jika emisi gas rumah kaca berkurang tajam.
Di sisi lain, kota terapung bisa menjadi solusi atas kenaikan permukaan laut. Di mana tingkat kenaikannya diprediksi ahli mencapai rata-rata 3,6 mm per tahun.
Situasi ini diperparah oleh beragam faktor, misalnya akibat emisi karbon dan pemanasan global. Fakta tersebut menjadi kabar buruk bagi negara-negara dataran rendah dengan sedikit ruang daratan seperti Maladewa. (BD)