RADAR TANGSEL RATAS – Persatuan Indonesia muncul dari semangat kebhinekaan dan sikap progresif revolusioner para pemuda. Hal itu diungkapkan sejarawan muda, J. J. Rizal.
Lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) Jurusan Sejarah itu menggarisbawahi, filosofis kongres pemuda tidak bisa dilepaskan dari sikap politik pemuda yang sadar betul akan kehendak persatuan, realitas kebhinekaan. Dan juga, lanjutnya, sikap progresif revolusioner para pemuda saat itu.
“Jika bukan karena semangat persatuan, kesadaran tentang kebhinekaan dan sikap yang luar biasa berani progresif revolusioner, maka akan sangat sulit para pemuda bisa melahirkan kesepahaman tentang satu nusa, satu bangsa dan menjungjung bahasa persatuan indonesia,” ujarnya.
Rizal memaparkan hal itu saat menjadi pembicara dalam diskusi publik secara hybrid dengan tema “Beranilah Menjadi Satu, Beranilah untuk Maju” yang digelar DPC PDIP Jakarta Timur. Diskusi itu digelar untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-94, kemarin.
Dalam paparannya, Rizal mengungkapkan sejarah sumpah pemuda yang berangkat dari kongres kerapatan perkumpulan para pemuda tanggal 26-28 Oktober 1928.
Walaupun kongres pemuda digelar oleh para pemuda, kata dia, tetapi, hal itu tidak dapat dilepaskan sepenuhnya dari peran generasi Bung Karno dan Bung Hatta.
Tandasnya, Bung Karno dengan gerakan di dalam negeri melalui Partai Nasional Indonesia 1927. “Dan Bung Hatta di luar negeri mendirikan Perhimpunan Indonesia Tahun 1926,” sebutnya.
Ia pun menjelaskan peran tokoh-tokoh pemuda lainnya. “Sugondo pemimpin kongres adalah tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) dan M. Yamin sebagai salah satu inisiator kongres pemuda adalah seorang Soekarnois. Bung Hatta melalui brosur-brosur dan artikelnya dari Belanda mewarnai khasanah pergerakan pemuda di Indonesia kala itu,” imbuh Rizal.
Nah, dalam kancah berpartai, Rizal berharap PDI Perjuangan sebagai partai terbesar di Indonesia diharapkan tetap memegang teguh Ideologi dan terus melakukan pendidikan untuk seluruh kadernya. Baik tentang ideologi maupun sejarah bangsa.
Rizal pun mengingatkan para kader PDIP akan hal itu. “Partai adalah alat pelaksana ideologi, meskipun gerakan desoekarnoisasi sejak orde baru sangat masif terjadi. Namun, hendaknya Ideologi marhaenisme Pancasila tetap menjadi komando penuntun gerakan kepartaian PDI Perjuangan,” pungkas Rizal.
Diskusi ini juga menghadirkan pembicara: Co Founder Pergerakan Kebangsaan/Wakil Ketua GBN, Bob Randilawe dan Ketua Umum PP Pemuda, Muhammadiyah Sunanto. Acara diskusi publik DPC PDI P Jakarta Timur diselenggarakan atas kolaborasi tiga sayap PDIP Jakarta Timur yakni Banteng Muda Indonesia (BMI), Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) dan Taruna Merah Putih (TMP). (SOF)