RADAR TANGSEL RATAS – Akan datangnya Perang Dunia Ketiga (PD3) sebenarnya sudah diprediksi oleh ekonom Nouriel Roubini sejak tahun lalu. Pria yang dijuluki ‘Dr. Doom’ alias ‘Dr. Kiamat’ itu sempat mengungkapkannya di forum publik ‘Yahoo Finance’s 2022 All Markets Summit’.
Seperti yang dirilis cnbcindonesia.com (12/3/2023), Roubini mengatakan bahwa salah satu biang keladi pecahnya PD3 adalah konflik Rusia-Ukraina. Selain itu, konflik nuklir Iran dan gesekan China untuk menaklukkan Taiwan juga menjadi faktor pendukung.
Profesor bisnis di Universitas New York itu juga berpendapat bahwa ‘perang dingin’ sudah berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kondisinya pun bisa memanas karena Presiden Xi Jinping ingin menyatukan China dan Taiwan.
Ancaman lain yang disinggung Roubini yakni rusuhnya Korea Utara (Korut) di semenanjung Korea.
Dikutip dari cnbcindonesia.com (12/3/2023), perang Rusia dan Ukraina masih berlangsung dan makin panas. Pertempuran sengit terus terjadi, terutama di wilayah Bahkmut. Roubini menyebut kota itu kini bak neraka. Cadangan artileri kedua kubu pun mulai habis.
Bakhmut jadi prioritas Rusia karena dianggap sebagai ‘keuntungan besar’ dalam perang setahun terakhir. Yang mengkhawatirkan sejumlah pihak adalah pelatihan pilot Ukraina untuk tes menerbangkan pesawat serang di AS, termasuk jet tempur F-16.
Menurut dua pejabat kongres dan seorang pejabat senior AS, otoritas AS sudah menyetujui dilatihnya 10 pilot Ukraina. Mereka semua akan datang pada Maret ini.
Tapi, AS menegaskan bahwa para penerbang tidak akan menerbangkan jet langsung. Mereka latihan dengan menggunakan simulator yang dapat meniru penerbangan berbagai jenis pesawat.
Sebelumnya, Rusia sudah memberi warning akan masifnya bantuan AS ke Ukraina. AS sejauh ini sudah memberikan sejumlah amunisi ke Ukraina, termasuk senjata canggih HIMARS.
Rusia juga membekukan perjanjian pengurangan senjata nuklir START (for Strategic Arms Reduction Treaty) yang dibuat dengan AS, sebagai tanggapan keras atas tindakan Washington dan NATO untuk Ukraina. Padahal perjanjian itu membatasi penggunaan senjata nuklirnya.
Mantan presiden Rusia dan yang juga sekutu Presiden Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, mengatakan pasokan senjata Barat yang berkelanjutan ke Kyiv berisiko menimbulkan ‘bencana’ nuklir global. Hal itu, katanya, akan memicu PD3.
Di sisi lain, perseteruan geopolitik antara China dan AS juga makin meruncing. Bahkan, Beijing menyebut hubungan keduanya sedang menuju konflik yang tak terelakkan jika Washington tidak mengubah pendekatannya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Qin Gang mengatakan ini dikarenakan niatan AS yang dipandang sedang berusaha mengalahkan China. Alih-alih konflik militer, Qin menyebut konflik yang sedang dibangun Negeri Paman Sam adalah zero-sum game yang berarti satu pihak menang dan pihak sebelahnya mati.
Sejalan dengan itu, Presiden China Xi Jinping menyebut AS sedang melakukan tindakan penindasan terhadap China. Hubungan China-AS telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Upaya untuk memperbaikinya tergelincir awal tahun ini, ketika AS menembak jatuh apa balon yang diduga kuat sebagai mata-mata China. Negeri Tirai Bambu mengklaim balon itu merupakan alat penelitian dan AS bereaksi berlebihan. (BD)