RADAR TANGSEL RATAS – Beberapa waktu belakangan, Golkar dan PKB intens berkomunikasi dalam proses membentuk koalisi besar menuju Pilpres 2024. Terkait rencana tersebut, Golkar menganggap dua pasangan calon (paslon) yang maju di pemilu nanti akan lebih baik.
Seperti yang dilansir Detik.com (10/5/2023), Kepala Bappilu Presiden perwakilan Golkar Nusron Wahid menilai bahwa dua paslon di pilpres akan mempercepat penentuan presiden terpilih.
Selain itu, menurutnya, pilpres yang berlangsung hanya dalam satu putaran juga dipercaya bisa mencegah rasa lelah atau capek pada masyarakat.
“Karena apa, pertama lebih cepat kita tahu siapa calon presiden terpilih. Minimal di bulan Februari kita sudah tahu. Yang kedua, membuat masyarakat tidak capek, yang harusnya datang sekali menjadi datang dua kali,” tuturnya dalam konferensi pers di Resto Pulau Dua, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (10/5/2023).
Sementara itu, Kepala Bappilu Presiden perwakilan PKB, Faisol Riza, tidak secara gamblang menjawab sikap partainya mengenai pilpres cukup dua paslon. Menurutnya, jumlah paslon yang nantinya maju bergantung pada proses politik yang berjalan.
“Tergantung proses politik. Dua paslon, tiga paslon, tergantung proses politik. Sekarang ini tak bisa ditebak sepenuhnya. Kita lihat perkembangannya,” ujar Faisol dalam kesempatan yang sama.
“Nggak ada, nggak ada sikap harus dua atau tiga, yang penting demokrasi harus dijaga semaksimal mungkin,” ia menambahkan.
Beberapa waktu sebelumnya, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, memprediksi akan ada tiga capres pada Pilpres 2024. “Kalau melihat dinamika saat ini, kemungkinannya ada tiga (capres),” kata Ujang, dikutip dari Jawapos.com (27/4/2023).
Ia menyampaikan tiga capres itu adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang diusung oleh PDI Perjuangan (PDIP), Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang berpotensi diusung oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), serta mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang diusung oleh Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat.
Meskipun begitu, menurut Ujang, jumlah capres tersebut masih dinamis bergantung pada perkembangan dinamika politik di Indonesia ke depannya. Ia menilai terdapat kemungkinan pula Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
“Semuanya masih serba mungkin, serba dinamis, masih serba cair. Semua kemungkinan format koalisi masih mungkin terbentuk, terjadi. Mungkin, bisa tiga poros tergantung dinamika, perkembangan politik ke depan,” tuturnya. (BD)