RADAR TANGSEL RATAS – Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan lonjakan harga beras terjadi karena adanya kenaikan harga gabah kering giling (GKG) dan gabah kering panen (GKP).
“Kenaikan beras memang sudah terdeteksi di tingkat produsennya yaitu adanya kenaikan harga gabah baik GKP maupun GKG. Di antaranya fenomena yang diperoleh adalah adanya persaingan penawaran harga oleh pembeli gabah itu sendiri baik kepada petani maupun penggilingan,” tutur Pudji dalam konferensi pers, Jumat (1/9/2023).
Ia juga menyebut produksi beras saat ini cenderung turun karena sudah melewati masa panen pada Juli lalu. Menurut data BPS, luas panen di Agustus 2023 turun 1,55 persen dibanding bulan sebelumnya. “Produksi padi diprediksi juga turun 4,01 persen,” ungkap Pudji.
Berdasarkan data di BPS, harga beras eceran naik 1,43 persen secara month to month (mtm) atau 13,76 persen secara year on year (yoy) pada Agustus 2023.
Menurut Pudji, kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di tingkat eceran, tapi juga di level grosir dan penggilingan. “Harga beras grosir pada Agustus 2023 meningkat sebesar 1,02 persen secara mtm dan 16,24 secara yoy,” ujarnya.
Sebagai informasi, kenaikan harga beras tertinggi terjadi di tingkat penggilingan, mencapai 2,59 persen secara bulanan dan meroket 20,27 persen secara tahunan.
Harga gabah di tingkat petani juga meningkat pada Agustus 2023. Harga gabah kering panen (GKP) naik 3,62 persen secara bulanan dan naik 19,88 persen secara tahunan. Harga gabah kering giling (GKG) juga naik 5,82 persen secara bulanan dan naik 23,03 persen secara tahunan. (ARH)