RADAR TANGSEL RATAS – Pernyataan Waketum PKB Jazilul Fawaid yang menilai bahwa kemungkinan Pilpres 2024 bakal hanya diikuti dua poros, telah memunculkan banyak komentar dan tanggapan.
Menurut anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini, kalau dilihat dari sisi konfigurasi suara dan kursi, pasangan calon presiden bisa sampai empat pasangan calon. “Hanya saja perkembangan dinamika politik hari ini mengarah pada tiga potensi bakal pasangan calon,” tutur anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini kepada wartawan, Selasa (19/9/2023).
Titi melihat, masa pencalonan yang sangat panjang dan mepet dengan tahapan pemungutan suara menyebabkab kepastian pencalonan jadi sangat lambat, penuh dinamika yang kontroversial, dan spekulatif.
“Tiga pasangan calon bisa membuat distribusi isu menjadi lebih menyebar ketimbang hanya dua pasangan calon, kita punya pengalaman Pemilu 2009 dengan tiga pasangan calon serta Pemilu 2014 dan 2019 hanya dengan dua pasangan calon,” ujarnya.
Dengan pemilihan presiden hanya dua pasangan calon, kata Titi, polariasi disintegraitif dinilai menguat dan makin melemahkan kultur kewargaan di kalangan pemilih.
Bagi Titi, mestinya partai politik juga mempertimbangkan soal kebutuhan publik atas alternatif pilihan politik yang bisa membuat pemilu lebih dinamis dan menekan hegemoni identitas dan keterbelahan di tengah masyarakat.
“Kalau dilihat perkembangan upaya membentuk koalisi, maka sangat mungkin pragmatisme politik membuat pilpres hanya diikuti dua pasangan calon saja. Sebab proses yang berlangsung elitis dan jauh dari jangkauan publik,” tutur Titi.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno juga berpendapat sama. Menurutnya, jika pilpres hanya dua poros, hal itu bisa menjadi ancaman polarisasi ekstrem seperti Pilpres 2019.
“Saat ini saja, di tengah pemilu yang masih lama, masih ada kemungkinan tiga poros, keterbelahannya masih terbuka. Saling serang antar kubu mulai terlihat. Terutama dari segi informasi yang hoaks dan disinformasi di depan mata,” ujarnya.
Adi menuturkan, publik jadi bertanya-tanya mengapa tiba-tiba Jazilul bicara soal kemungkinan dua poros. Hal itu, kata Adi, memunculkan dugaan bahwa Jazilul tak yakin poros Anies-Cak Imin atau AMIN bakal berlayar di 2024. “Sebab, poros lain yakni Ganjar dan Prabowo terlihat begitu solid dukungan politiknya,” ujarnya.
Dua poros itu, menurut Adi, mungkin terjadi karena dua hal. Pertama, Ganjar dan Prabowo menyatu dalam satu duet, tapi kemungkinan ini sangat mustahil.
“Karena Ganjar dan Prabowo terlihat sama-sama powerful menghadapi Pemilu 2024. Kedua, dua poros akan terjadi jika poros AMIN bubar jalan. Maka yang akan head to head adalah Ganjar vs Prabowo,” ungkap Adi.
“Tap kalau melihat kecenderungan publik, Pilpres 2024 ada tiga poros politik agar rakyat bisa menikmati menu capres yang beragam dan lebih variatif,” Adi menambahkan.
Sebelumnya, Waketum PKB Jazilul Fawaid menyebut kemungkinan Pilpres 2024 hanya akan diikuti dua poros. Secara pribadi, Jazilul berpandangan jumlah poros di Pilpres 2024 hanya dua.
“Nggak-nggak ada, belum tentu saya melihatnya secara pribadi belum tentu ada 3 poros, bisa jadi 2 poros, kita tunggu nanti,”
kata Jazilul kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/9).
Lebih lanjut, Jazilul membeberkan analisisnya. Ia menyebut waktu pendaftaran pilpres yang semakin pendek dan deadlock tokoh capres yang itu-itu saja.
“Ini pertimbangan saya, tinggal 1 bulan, dan calon-calonnya, partai-partainya itu-itu saja, hanya di situ saja, apa kesulitannya? Bagi saya tidak akan ada kesulitan untuk memutuskan, tetapi yang sulit itu justru membuat hanya dua poros itu yang sulit,” tuturnya. (ARH)