RADAR TANGSEL RATAS – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate turut diperiksa Kejaksaan Agung (Kejagung) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi penyediaan Base Transceiver Station (BTS) 4G dan infrastruktur pendukung paket 1, 2, 3, 4, dan 5 BAKTI Kominfo Tahun 2020-2022.
Dikutip dari Suara.com (16/2/2023), baru-baru ini Kejagung buka suara soal potensi Plate jadi tersangka. Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Dirdik Jampidsus) Kejaksaan Agung, Kuntadi, menyebut hal itu terlalu dini dan masih terlalu jauh dengan proses penyidikan yang masih berlangsung.
Meski demikian, di Istana Negara, Presiden Joko Widodo sudah mewanti-wanti. Jokowi bahkan dikabarkan sudah menyiapkan pengganti Plate, yakni Wishnutama Kusubandio dan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki sebagai Ad Interim Menkominfo.
Pengamat komunikasi politik, sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, berbicara lebih jauh. Menurutnya, kabar pendepakan Plate dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berpeluang menyapu bersih menteri yang berasal dari Nasdem
Selain Plate, kata Dedi, ada dua kader Partai Nasdem yang diberikan kursi di kabinet kerja Jokowi, mereka adalah Syahrul Yasin Limpo yang menjabat Menteri Pertanian dan Siti Nurbaya yang menempati Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
Dicopotnya kader Nasdem dari lingkaran kabinet kerja semakin berpeluang terjadi, mengingat dugaan hubungan Jokowi yang semakin renggang dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh. Hal itu diduga karena Nasdem yang mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presidennya.
Menurut Dedi, sangat mudah bagi Jokowi untuk mendepak Yasin Limpo dan Siti Nurbaya, karena keduanya tidak memiliki kontribusi yang besar untuk pemerintah.
“Kementerian Pertanian itu justru terlebih dahulu diwacanakan diganti, karena faktor kinerjanya yang tidak produktif. Kita lihat saja bagaimana mungkin food estate dipimpin oleh Menteri Pertahanan, meskipun dalihnya termasuk ke bagian dari pertahanan pangan,” kata Dedi.
Dedi menambahkan, terlebih lagi dengan carut marutnya ekspor-impor terkait dengan kesedian pangan juga menjadi polemik antara data di Bulog dengan data yang ada di kementerian. Ini juga menunjukkan mereka juga tidak kompeten,” imbuhnya.
Sementara tentang Menteri LHK Siti Nurbaya, menurut Dedi, juga tidak begitu memiliki kinerja yang signifikan bagi pemerintahan, khususnya masyarakat umum. Dedi pun menyebut survei Political Opinion (IPO), yang menyatakan bahwa popularitas Siti Nurbaya ada di posisi paling rendah dibanding menteri lainnya.
“Jadi agak sulit lah menilai kementerian (LHK) ini. Ada dan tiadanya tidak berdampak terlalu baik kepada tata kelola pemerintahan. Meskipun publik sebetulnya terdampak, misalnya saja bagaimana berkaitan dengan penjagaan lingkungan, belum lagi konglomerasi hutan dana lain-lain, semuanya terdampak. Cuma masyarakat tidak mengetahui itu,” ungkap Dedi.
Karena itu, menurut Dedi, untuk mencopot para menteri yang berasal dari kader Nasdem, Jokowi sudah tidak perlu mencari-cari alasan. “Artinya, Pesiden untuk melakukan reshuffle terhadap menteri-menteri Nasdem itu jauh-jauh hari sudah memiliki alasan, tapi itu tak kunjung dilakukan,” katanya.
Tapi jika hal itu kemudian dilakukan dengan dinamika politik antara Jokowi dengan Nasdem, Dedi mengkhawatirkan menjadi bumerang. Publik berbalik memberikan simpati ke Nasdem, karena dinilai disudutkan usai mendukung Anies.
“Nah itu yang dikhawatirkan tadi, justru yang seharusnya benar dilakukan presiden, karena momentumnya tidak tepat, atau terlambat, justru malah Nasdem bisa mendapatkan simpati publik,” tandasnya.
Seperti yang susah diketahui, Johnny G Plate telah menjalani pemeriksaan untuk pertama kali di Kejaksaan Agung pada Selasa (14/2/2023). Sekjen Partai NasDem itu diperiksa dari pukul 09.05 WIB hingga pukul 18.00 WIB.
Dia dicecar 51 pertanyaan. Pemeriksaan dilakukan untuk memperkuat alat bukti dan melengkapi berkas perkara pada kasus dugaan korupsi tersebut.
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Dirdik Jampidsus) Kejaksaan Agung, Kuntadi buka suara soal peluang Plate jadi tersangka. Menurutnya hal itu masih terlalu dini.
“Ini kan masih terlalu dini. Masih kami dalami,” kata Kuntadi saat menggelar konferensi pers di Kantor Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan.
Selain Plate, penyidik juga memeriksa lima saksi, empat di antaranya merupakan petinggi perusahaan. Mereka adalah K selaku Direktur PT Elabram System, TSBK selaku Direktur PT Menara Cahaya Telekomunikasi, DB selaku Direktur PT Telnusa Intracom, WL selaku Direktur Penjualan PT ZTE Indonesia, dan DA dari pihak swasta.
Dalam perkara ini, Kejaksaan Agung telah menetapkan lima orang tersangka. Mereka adalah Komisaris PT Solitech Media Sinergy, Irwan Hermawan, Anang Achmad Latif (AAL) selaku Direktur Utama BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika, Galubang Menak (GMS) selaku Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia, Yohan Suryanto (YS) selaku tenaga ahli Human Development (HUDEV) Universitas Indonesia Tahun 2020 dan Mukti Ali tersangka dari pihak PT Huwaei Technology Investment. (BD)