RADAR TANGSEL RATAS – CEO Twitter Elon Musk saat ini tengah menjadi “bulan-bulanan” publik dunia. Tindakannya memblokir akun para jurnalis berbuah fatal. Publik seluruh dunia pun ramai-ramai mengutuk dan menyiapkan sanksi bagi tokoh yang pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia itu.
Dikutip dari cnnindonesia.com (17/12/2022), Musk berdalih menangguhkan sejumlah akun beberapa jurnalis lantaran mereka melakukan doxing atau membongkar informasi pribadi soal lokasinya.
Beberapa jurnalis yang dimaksud tadi di antaranya adalah Donie O’Sullivan dari CNN, Ryan Mac dari The New York Times, Drew Harwell dari The Washington Post, serta Aaron Rupar dari jurnalis independen progresif. Tak pelak, tindakan Musk itu langsung memicu reaksi keras dari dalam dan luar negeri.
Menurut Věra Jourová, Wakil Presiden Komisi Uni Eropa untuk Nilai dan Transparansi, penangguhan akun secara sewenang-wenang oleh Musk terhadap para jurnalis itu adalah hal yang mengkhawatirkan. Dia pun mengindikasikan bahwa Twitter nantinya bisa dikenai sanksi.
“Undang-Undang Layanan Digital Uni Eropa mensyaratkan penghormatan terhadap kebebasan media dan hak-hak dasar. Ini diperkuat di bawah #MediaFreedomAct kami,” kata Jourová dalam sebuah unggahan di Twitter, sambil menambahkan bahwa Musk harus menyadarinya. “Ada garis merah (red line). Dan sanksi, segera,” ia melanjutkan.
Senada, Kementerian Luar Negeri Jerman berkicau soal keprihatinan mereka atas dampak langkah Musk terhadap kebebasan pers. Seorang juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengaku “sangat terganggu oleh penangguhan sewenang-wenang” akun jurnalis di Twitter.
Ia juga memperingatkan bahwa tindakan perusahaan itu sebagai “preseden berbahaya” di tengah meningkatnya ancaman terhadap kebebasan pers di seluruh dunia.
Jodie Ginsberg, Presiden Komite Perlindungan Wartawan, mengatakan instansinya sangat khawatir dengan langkah tersebut dan meminta Twitter untuk segera memulihkan akun para wartawan tersebut.
Dari AS, sejumlah anggota parlemen dari Partai Demokrat maupun Partai Republik mengingatkan Musk soal tanggung jawab. Anggota Kongres dari New York, Alexandria Ocasio-Cortez, mengaku memahami perasaan kerentanan Musk sebagai figur publik.
“Namun, merendahkan diri jadi penyalahgunaan kekuasaan dan melarang jurnalis secara tidak menentu cuma meningkatkan intensitas di sekitar Anda. Kalahkan dan hentikan proto-fasisme,” kicaunya.
Sementara itu, anggota kongres Ro Khanna, yang sempat dipuji Musk karena mengkritik keputusan Twitter untuk menekan cerita laptop Hunter Biden 2020, mengaku akan berbicara dengan Musk soal tanggung jawab sebagai figur publik.
“Satu hal untuk mengatakan bahwa Anda memiliki hak Amandemen Pertama, tetapi ketika Anda adalah salah satu dari inovator terkemuka dunia, Anda juga memiliki beberapa tanggung jawab, dan menurut saya itu tidak menjadi, itu bukan penampilan yang bagus untuknya. Dan saya akan memberitahunya secara langsung,” ucapnya.
Di tempat lainnya, anggota Kongres Lori Trahan menilai pemblokiran akun jurnalis itu bertentangan dengan hasil pertemuan dengan Twitter cuma beberapa jam sebelumnya.
“Tim saya bertemu dengan @Twitter hari ini,” kicaunya, Kamis (15/12) malam. “Mereka memberi tahu kami bahwa mereka tidak akan membalas jurnalis atau peneliti independen yang menerbitkan kritik terhadap platform tersebut. Kurang dari 12 jam kemudian, beberapa reporter teknologi telah ditangguhkan. Apa masalahnya, @elonmusk?” bunyi kicaunya. (BD)